Opini

Covid-19 dan Nilai Kesalingan dalam Keluarga

Dunia menghadapai wabah virus Covid-19 atau virus Corona. Berdasarkan data dari https://www.worldometers.info/coronavirus/#countries, penyebaran virus Corona per hari ini, 18 Maret 2020 di 152 Negara terdapat 198.241 kasus dengan 7.965 (9%) meninggal dan 81.743 (91%) sembuh. Di Indonesia sendiri ada 172 kasus, 7 meninggal dan 9 sembuh.

Fenomena kesehatan global ini mewajibkan pemerintah dan juga berbagai pihak untuk membuat kebijakan jaga kebersihan, menjaga jarak fisik, menjaga stamina dan bekerja dan belajar dari rumah pada sebagian besar insitusi termasuk institusi pendidikan dan tempat penitipan anak (child care).

Pada tulisan ini akan menitikbertakan pada diskusi tentang kebijakan belajar dan bekerja di rumah dengan nilai kesalingan yang harus ada untuk mengatasi persoalan berat ini dalam keluarga.

Kebijakan Anak Belajar di Rumah

Tidak semua keluarga dapat menjalankan kebijakan anak belajar di rumah dan bapak-ibu bekerja di rumah dengan mudah. Apalagi ketika anak masih usia balita dan SD yang mana membutuhkan pengawasan intensif. Ditambah lagi Pekerja Rumah Tangga (PRT) yang biasa membantu juga tidak perlu masuk. Ketidakmudahan situasi yang dihadapi oleh keluarga di situasi krisis kesehatan ini akan menjadi lebih buruk jika tidak ada nilai kesalingan dan masih adanya stereotipe pekerjaan dalam keluarga itu.

Pandangan masyarakat yang menganggap pekerjaan domestik dan pengasuhan adalah perkerjaan perempuan sekalipun sang istri dan atau ibu juga bekerja menambah penghasilan keluarga, menjadikan beban perempuan semakin berlebih pada situasi krisis kesehatan saat ini. Apalagi pandangan yang meyakini bahwa ibu adalah pendidik utama dan pertama, hal ini juga menjadi beban tersendiri jika belajar di rumah itu juga ibu yang harus mendampingi.

Karena itu untuk tidak memperburuk situasi keluarga yang sedang mengalami krisis kesehatan ini, sudah seharusnya ayah, ibu, suami dan istri mengimplementasikan nilai-nilai kesalingan untuk bekerja bersama, saling bahu membahu baik untuk pekerjaan domestik, pengasuhan termasuk dalam mendampingi belajar di rumah. Semua pekerjaan itu tidak dilakukan dengan alat reproduksi, tetapi dengan tangan dan kemampuan yang mana hal itu dimiliki oleh ayah, ibu, suami ataupun istri.

Artinya pekerjaan yang selama ini oleh sebagian masyarakat diyakini sebagai pekerjaan perempuan, seperti pengasuhan, pekerjaan rumah tangga, dan menemani belajar, bukanlah hanya pekerjaan perempuan, tetapi hal itu merupakan tanggung jawab bersama antara suami-istri, ayah-ibu.

Nilai-nilai Kesalingan

Salah satu cara menghadapi Covid-19 adalah dengan membuat nyaman bekerja dan belajar di rumah. Karena itu supaya rumah terasa nyaman dan dapat menghambat penularan virus corona maka salah satu upayanya adalah mengimplementasikan nilai kesalingan dalam keluarga. Manifestasi dari nilai kesalingan tersebut adalah adanya situasi dan keyakinan bahwa:

  1. Keluarga yang menjamin relasi yang seimbang. Hal ini didasari bahwa semua makhluk itu pada dasarnya nomor dua, yang berhak menyandang nomor satu hanyalah Tuhan (tauhid feminist)
  2. Keluarga yang menjamin tidak ada bentuk kekerasan dan ketidakadilan dalam bentuk apapun, termasuk keluarga yang menjamin tumbuh kembang semua anggota keluarga.
  3. Keluarga yang terpenuhi kebutuhan dasarnya.
  4. Keluarga yang mempunyai tanggung jawab bersama pada urusan: pengasuhan, domestik, produksi dan reproduksi sesuai dengan kesepakatan bersama secara makruf.
  5. Menilai semua peran anggota keluarga sama mulianya dan dapat digunakan sebagai kunci masuk surga.

Semoga kita akan segera dapat melalui krisis kesehatan ini dengan baik. Kita dapat kembali beraktifitas seperti biasanya, bahkan mempunyai kehidupan yang lebih baik karena adanya perubahan cara pandang bahwa pekerjaan domestik, pengasuhan, produksi dan reproduksi adalah tanggung jawab bersama. Dan semoga kita dapat mengambil hikmah dari semua kejaadian ini, aamin.

Artikel ini dimuat di IBTimes.id pada 18 Maret 2020: https://ibtimes.id/covid-19-dan-nilai-kesalingan-dalam-keluarga/

Alimatul Qibtiyah
Aktivis perempuan dan peneliti masalah gender. Ketua Lembaga Penelitian dan Pengembangan 'Aisyiyah (LPPA) Pimpinan Pusat Aisyiyah. Komisioner Komnas Perempuan. Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah. Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Sunan Kalijaga.
http://genderprogressive.com/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *