Keluarga adalah salah satu pilar penting dalam hidup manusia. Situasi dan kondisi serta relasi kuasa dalam keluarga sangat mempengaruhi tumbuh kembang anggota keluarga. Seseorang yang hidup di tengah-tengah keluarga yang damai, saling menghargai perbedaan serta mempunyai komitmen untuk berbagi peran dan tugas maka biasanya cenderung mempunyai kehidupan yang bahagia. Perbedaan latar belakang suami dan istri dan juga anggota keluarga lainnya bukanlah dimaknai untuk saling mendominasi tetapi dimaknai sebagai kekuatan yang saling mengisi dan dimengerti.
Trend peran dan tugas anggota keluarga pada era global ini mengalami perubahan yang cukup signifikan. Pola keluarga tradisional feudal yang bersifat dikotomis atau kaku, yang menempatkan peran domestik dan reproduksi adalah ibu/istri; sementara peran publik dan produksi adalah ayah/suami, semakin tidak banyak dianut. Saat ini kebanyakan keluarga memilih pola urban modern, yang cenderung fleksible atau tidak kaku dalam berbagi peran, tugas, dan tanggungjawab pada urusan domestik, publik, produksi dan reproduksi. Pilihan pola keluarga modern inilah yang mendorong semakin tingginya keluarga yang hidup berjauhan baik karena tuntutan ekonomi seperti menjadi TKW/TKI maupun karena tuntutan karier seperti studi lanjut.
Hidup berjauhan pada banyak keluarga menimbulkan masalah baik secara psikologis, ekonomis, biologis, maupuan sosial. Secara psikologis keluarga akan merasa kesepian, secara ekonomis harus ada pengeluaran di dua dapur dan akan lebih banyak dana untuk komunikasi. Sedangkan secara biologis, terutama terkait dengan kebutuhan seksual, banyak pasangan yang mengalami kesulitan untuk menyalurkannya. Sedangkan secara sosial banyak orang yang menghentikan sementara komunikasi dengan temen tetangga. Jika perginya ke tempat yang mempunyai bahasa dan budaya berbeda, maka akan dibutuhkan waktu untuk belajar dan beradaptasi. Namun demikian, tidak semua orang mempunyai masalah karena mereka memilih atau harus hidup berjauhan. Banyak pasangan yang dapat mengatasi persoalan itu dengan baik.
Pada tulisan ini penulis akan fokus pada strategi untuk menghadapai persoalan-persoalan yang ditimbulkan oleh pasangan jarak jauh terutama terkait dengan pemenuhan kebutuhan biologisnya yang sering kita sebut sebagai mu’asyarah jarak jauh. Mu’asyarah dalam bahasa Arab dibentuk berdasarkan sighah “musyarakah baina al-ikhsaini” yang berarti kebersamaan dua pihak. Kata mu’asyarah mengandung arti hubungan atau pergaulan. Biasanya disandarkan pada Al Qur’an Surat An-nisa ayat 19 yaitu:
وَعاشِروهُنَّ بِالمَعروفِ ۚ
”….Dan bergaullah dengan mereka (istri-istri) dengan secara patut...”.
(Q.S. An-Nisa:19)
Dalam ayat di atas, mu’asyarah diartikan sebagai hubungan suami istri. Sedangkan yang dimaksud dengan mua’syarah bil ma’ruf adalah upaya untuk saling memperlakukan dengan baik pasangan atau suami dan istri dalam kehidupan perkawinan sesuai hak-hak dasar manusia. Hal ini tentunya untuk mencapai tujuan pernikahan yang sakinah, mawaddah, dan warrahmah sehingga rumah tangga terjalin baik dan harmonis.
Pertanyaannya adalah apakah tujuan keluarga yang sakinah, mawadah dan warohmah itu dapat dicapai jika secara fisik anggota keluarga berjauhan. Lebih spesifiknya apakah suami-istri yang tinggal berjauahan itu dapat mempunyai keluarga yang bahagia dan harmonis? Tentu jawabannya akan sangat tergantung dari sejauh mana suami-istri tersebut berusaha untuk mewujudkannya. Banyak keluarga yang tetap sakinah dan harmonis walaupun mereka berjauahan, namun juga tidak sedikit karena ada hambatan phisik untuk bertemu ditambah dengan kakunya cara berpikir serta gagap tekhnologi dapat menimbulkan persoalan yang akhirnya berujung pada perceraian.
Berdasarkan hasil penelitian, untuk menjaga cinta, pasangan suami-istri yang tinggal berjauhan, mereka mempunyai tips diantaranya: pertama konsistensi komunikasi. Untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul karena persoalan psikologis, seperti merasa kesepian, maka perlu membuat komitmen dengan pasangan misalnya memberi kabar setiap hari baik melalui sms, facebook, ataupun alat komunikasi lainnya. Selain itu, perlu dibuat komitmen bahwa kalau sms atau telepon tidak langsung direspon tidak perlu panik, tetapi tetap khusnudzon atau berpikir positif. Mungkin yang disms atau ditelpon sedang mandi, ketemu pembimbing atau sedang menyetir. Perlu diketahui bahwa negara-negara tertentu mempunyai aturan yang sangat ketat terkait dengan larangan menelepon sambil menyetir. Hal yang penting juga adalah untuk senantiasa melibatkan anak-anak dalam berkomunikasi.
Kedua, Suami-istri harus saling percaya dan juga menjaga kepercayaan tersebut dengan sungguh-sungguh. Hubungan suami-istri jarak jauh terkadang akan mendatangkan cemburu. Ada salah kaprah di masyarakat kita bahwa cemburu adalah bagian dari kuatnya cinta, padahal sebenarnya cemburu adalah bentuk ketakutan dan ketidakpercayaan pada diri sendiri dan pasangannya. Karena itu harus dihindari rasa cemburu.
Ketiga saling memberi semangat. Suami memberi semangat istri demikian juga sebaliknya. Misalnya jika sang istri sedang melanjutkan studi di luar negeri sementara sang suami tidak bersamanya karena alasan pekerjaan atau lainnya, maka sang suami harus memberikan semangat agar sang istri rajin ke perpustakaan dan fokus pada studinya sehingga cepet selesai. Jika istri mempunyai masalah dengan pembimbing maka sang suami tetap menghiburnya dan memberikan nasehat untuk tetap sabar. Demikian juga sebaliknya, jika sang suami mempunyai masalah dengan keluarga di Indonesia ataupun di tempat kerjanya, maka sang istri sudah seharusnya untuk menghibur dan menasehatinya. Sebenarnya saling memberi semangat ini tidak hanya untuk pasangan jarak jauh, tetapi yang selalu hidup bersama secara fisik juga sudah seharusnya pasangan suami-istri untuk saling memberi semangat.
Keempat adalah mencari kesibukan. Salah satu cara untuk melupakan kesepian dan ketidakhadiran fisik orang yang dicintai adalah dengan menyibukkan diri, baik dengan berolah raga menyalurkan hobi, menghadiri acara-acara pengajian atau acara-acara sosial lainnya. Biasanya orang kalau sudah capek dengan aktivitasnya akan mudah tidur.
Kelima hobi berpuasa dan saling mendoakan. Berpuasa dapat menjadi pelindung seseorang untuk melakukan hal-hal yang sia-sia. Arti puasa adalah menahan, maka dengan berpuasa diharapkan seseorang dapat mengontrol dirinya untuk tidak melakukan hal-hal yang dilarang agama, termasuk berselingkuh saat berjauhan dengan belahan hati. Hal ini disandarkan pada hadith Rasul berikut:
Rasulullah SAW telah bersabda kepada kepada kami, “Wahai para pemuda, apabila siapa di antara kalian yangtelah memiliki baah (kemampuan) maka menikahlah, kerena menikah itu menjaga pandangan dan kemaluan. Bagi yang belum mampu maka puasalah, karena puasa itu sebagai pelindung,” (HR Muttafaqun alaih).
Selain berpuasa hal yang juga penting adalah saling mendoakan agar pasangan yang jauh di mata tetapi tetap dekat di hati. Allah adalah maha kasih dan sayang, karena itu pasangan jarak jauh harus senantiasa berdo’a agar kekasih hatinya tetap sayang walau berjauhan.
Keenam saling meluapkan rasa rindu. Jika dengan menyibukkan diri tetap saja sedih dan kangen, sudah berpuasa juga masih tetap kangen maka pasangan dapat mencoba meluapkan rasa rindu dengan telepon ataupun skype (teleconference), sehingga dapat melihat wajah-wajah orang yang dicintainya.
Itulah beberapa ikhtiar pemikiran terkait bagaimana strategi jika seorang muslim bermu’asyaroh jarak jauh. Untuk mewujudkan keluarga yang sakinah dibutuhkan kesadaran bahwa mewujudkan keluarga sakinah membutuhkan ilmu dan keterampilan, serta komitmen yang sungguh-sungguh untuk tetap saling berbagi, saling mencintai, saling merindukan, saling terbuka, saling memberi semangat serta saling mendo’akan sesama anggota keluarga.
(Diterbitkan di Suara Aisyiyah Edisi 9 Th. Ke-91 September 2014)