Oleh: Alimatul Qibtiyah
[13/3 22.40] Alimatul Qibty: Assalamualaikum Bu Lek Walida,ini Alim, alhamdulillah saat ini lagi di PBB acara CSW di New York. Jadi ingat tahun 90an yang mana saat Bulek akan ngajak saya New York.
[13/3 22.41] Alimatul Qibty: Di Gedung PBB
[13/3 22.42] Alimatul Qibty: Di PTRI
[13/3 23.28] Alimatul Qibty: Di Gedung PBB, ikut mengawal pernyataan Indonesia
[14/3 02.33] Bu Lek walida: Alim siapa ya. Maaf, sy lupa
[14/3 02.39] Alimatul Qibty: Saya Alim dari keluarga Padas, Ngawi ponakan Bulek Pung, tahun 1990 saya pernah akan diajak ke USA utk jadi Baby sitter, putrinya Bulek Walida, karena tdk dapat Visa, maka saya dikasih rezeki 50 ribu, uang itulah yang mengantarkan saya bisa kuliah, jd dosen, jd Professor, jd komisioner Komnas Perempuan dan saat ini ikut acara di PBB…
[14/3 02.40] Alimatul Qibty: Terima kasih banyak Bulek Walida….🙏🙏🙏
[14/3 02.41] Bu Lek walida: Alhamdulillah
[14/3 02.44] Alimatul Qibty: Semoga masih ingat, Dulu di PBB Bu lek Walida Kerja di bagian apa?
[14/3 02.47] Bu Lek walida: Di Department of Public Information (DPI) .
[14/3 02.48] Alimatul Qibty: Di PTRI atau di PBBnya Bulek?
[14/3 02.49] Bu Lek walida: PBB lah. Bukan PTRI. Kalau PTRI khan orang2 dr Deplu
[14/3 02.53] Alimatul Qibty: Keren Bulek, membanggakan,… tidak nyangka tahun 1990 akan jadi Baby Sitter, tahun 2003 jadi Fullbrighters dan sekarang 33 tahun kemudian jadi delegasi RI di PBB, Subhanallah….🙏🙏🙏
[14/3 03.09] Bu Lek walida: Subhanallah🙏🙏
Di atas adalah percakapan saya dengan bu Walida, saya memanggilnya “bulek” (bibi), orang yang dahulu pernah mengajak saya menjadi baby sitter putrinya, ketika beliau bekerja sebagai staf di Department of Public Information (DPI) di PBB di New York. Takdir Allah memang tiada yang mampu menyangka. Tiga puluh tiga tahun kemudian, pada bulan Maret 2023, saya berangkat ke New York bukan sebagai baby sitter untuk staf PBB, melainkan sebagai delegasi Indonesia pada event Commission on the Status of Women (CSW) yang diselenggarakan PBB.
Saya mewakili Komnas Perempuan dengan bu Olivia Chadidjah Salampessy. Bersama kami, berangkat pula sebagai delegasi Indonesia antara lain Indra Gunawan selaku Staf Ahli Menteri Bidang Pembangunan Keluarga Kementerian PPPA (Pimpinan Delegasi); Eko Novi Ariyanti selaku Asisten Deputi Pengarusutamaan Gender Bidang Sosial dan Budaya KPPPA; Dino Anggara dari Kementerian Luar Negeri; serta Efi Sumarliningsih, Kasubag TU Balai Besar Pelatihan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Yogyakarta.
Commission on the Status of Women (CSW) adalah badan antar pemerintah secara global yang didedikasikan khusus untuk mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Setiap tahunnya selama dua minggu, Komisi ini menyelenggarakan dialog interaktif dan side event yang menghadirkan perwakilan dari negara-negara Anggota PBB, Non-Governmental Organizations (NGOs) yang telah terakreditasi oleh Komite CSW, dan pemangku kepentingan lainnya untuk berkumpul di markas besar PBB di New York.
Tahun ini adalah penyelenggaraan CSW yang ke-67, sehingga event yang dihelat pada 6-17 Maret 2023 ini sering disebut CSW67. Tema yang diambil adalah Inovasi dan Perubahan Teknologi, dan Pendidikan dalam Era Digital untuk Mencapai Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan dan Anak Perempuan.
Sebelum acara di PBB, delegasi Indonesia menghadiri pertemuan Asia Pacific Regional Consultation di Bangkok tanggal 8-9 Februari 2023 secara hybrid. Pertemuan di Bangkok ini dimaksudkan untuk mempertajam draf Agreed of Conclusion (AoC) yang akan dibahas di PBB dan menjadi output dari CSW. Delegasi Indonesia dari unsur Pemerintah dan NGO juga melakukan diskusi untuk membahas AoC.
Sebelum berangkat kami bersama tim dari Komnas Perempuan menyiapkan bahan lobi untuk disampaikan di forum CSW dengan menggandeng para pihak yang fokus pada isu Perempuan dan Tekhnologi, yaitu ICT Watch dan Safenet. Selain itu guna mencermati AoC, turut diundang pula mitra untuk memberikan masukan draft AoC. Materi Lobi berupa dua lembar informasi dengan judul The Unspoken Facts: Significant Challenges of Indonesian Women in Digital Issues, yang dibagi lagi ke dalam tiga topik besar, yaitu Online Gender Based Violence, Digital Literacy Inequality, Income Disparity, dan Internet Expenditure Gap.
CSW67 dihadiri oleh 181 negara anggota dan pemantau yang terdiri dari 3 Kepala Negara, 1 Kepala Pemerintahan, 2 Wakil Presiden dan 116 Menteri. Setidaknya ada tiga acara yang berjalan bersamaan pada CSW67, yaitu: pertemuan yang menyampaikan tanggapan/statemen dari pemerintah dan NGO terkait isu yang diusungnya, acara-acara side event, dan acara pembahasan Agreed of Conclusion (AoC).
Secara singkat, ini adalah rangkuman kegiatan yang kami ikuti dan topik yang kami bahas ketika menghadiri Commission on the Status of Women di PBB sebagai perwakilan Indonesia:
Senin, 13 Maret 2023
Dialog interaktif dengan perwakilan pemuda mengenai tema prioritas, solusi untuk memperkuat ruang sipil dan hak digital perempuan: mengatasi penolakan terhadap kesetaraan gender, meningkatkan komitmen pemerintah swasta untuk meningkatkan akses perempuan terhadap teknologi dan pendidikan, dan menjembatani kesenjangan gender digital untuk mendukung transisi ramah lingkungan.
Pada acara pembacaan statemen Pemerintah, saya memberikan masukan dengan menambahkan beberapa kata pada statemen pernyataan yang sudah disiapkan oleh Kemlu dan PTRI. Komnas Perempuan memberikan masukan tidak hanya safe digital space (ruang digital aman), tetapi juga ditambahkan inclusive (inklusif) dan meaningful (bermakna).
Selasa, 14 Maret 2023
Sesi Lanjutan diskusi umum, pembacaan pernyataan pemerintah tentang perwakilan pemuda pada tema prioritas. Side event: pendekatan multi-sektoral bank dunia dalam mencegah dan menanggapi kekerasan berbasis gender. Panel ahli interaktif dengan tema prioritas inovasi dan perubahan teknologi, serta pendidikan di era digital untuk mencapai kesetaraan gender dan pemberdayaan seluruh perempuan dan anak perempuan.
Pada acara Side Event yang diselenggarakan oleh World Bank saya menyampaikan hal berikut:
“Hello, thank you very much for the opportunity. I am Alim from National Commission on Violence Against Women (Komnas Perempuan) in Indonesia.
I am interested in working to stop GBV (gender-based violence) in education. Indonesian Ministry of education has been collaborating with Komnas Perempuan and in the last two years, there have 125 Public Universities which have policies on the Prevention and Handling of Sexual Violence. Now we are working on capacity building for the Tasks Force on the Prevention and Handling of Sexual Violence at those 125 Universities.
I have questions: 1) How to make sure the client or partner implements the requirement to stop GBV, as you mention that there is a requirement for the client and partner to stop GBV. 2) Have you seen the problem still the consent from the husband when the wife wants to have a loan from the bank.”
(“Halo, terima kasih banyak atas kesempatannya. Saya Alim dari Komisi Nasional Anti-Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) di Indonesia.
Saya tertarik untuk berupaya menghentikan KGB (kekerasan berbasis gender) di bidang pendidikan. Kementerian Pendidikan RI telah menjalin kerja sama dengan Komnas Perempuan dan dalam dua tahun terakhir, terdapat 125 Perguruan Tinggi Negeri yang memiliki kebijakan Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual. Saat ini kami sedang melakukan peningkatan kapasitas Satgas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di 125 Universitas tersebut.
Saya mempunyai pertanyaan: 1) Bagaimana memastikan klien atau mitra menerapkan persyaratan untuk menghentikan KGB, seperti yang Anda sebutkan bahwa ada persyaratan bagi klien dan mitra untuk menghentikan KGB. 2) Pernahkah anda melihat permasalahan masih adanya persetujuan dari suami ketika istri ingin mengambil pinjaman dari bank.”)
Rabu, 15 Maret 2023
Solusi digital untuk mencegah kekerasan berbasis gender di Lesotho. Komisi Gender Konstitusi: mendorong akuntabilitas terhadap kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Memobilisasi teknologi untuk mengubah pola pikir, norma sosial, dan hasil pembangunan bagi perempuan.
Pada Side Event oleh World Bank saya menyampaikan:
“Hello, thank you very much for the opportunity. I am Alim, a commissioner, from National Commission on Violence Against Women (Komnas Perempuan) and also a professor on gender studies at Islamic State University in Yogyakarta in Indonesia.
I was impressed by the experiences of women and technology in Afghanistan where technology can change women to be economically empowered and become breadwinners in a safe place, because they don’t have to leave the house. However, if we are satisfied with these conditions, basically we do not change the norms and mindset of mysoginic religious beliefs which still believe that women should be at home and not going outside the house without her guardian.
Because of that, it is important to use technology to campaign for a progressive understanding of religion or belief, which encourages both women and men have the equal right to be actively involved in the public and political arena outside the home. We have to continue to Open Mind, Open Heart and Open Will to change the values from Egosystem (personal values) into Ecosystem (community/collective values).“
(“Halo, terima kasih banyak atas kesempatannya. Saya Alim, seorang komisioner dari Komisi Nasional Anti-Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) dan juga seorang profesor studi gender di Universitas Islam Negeri di Yogyakarta, Indonesia.
Saya terkesan dengan pengalaman perempuan dan teknologi di Afganistan dimana teknologi dapat mengubah perempuan menjadi berdaya secara ekonomi dan menjadi pencari nafkah dengan aman, karena tidak perlu keluar rumah. Namun jika kita puas dengan kondisi tersebut, pada dasarnya kita tidak mengubah norma dan pola pikir keyakinan agama misoginis yang masih meyakini bahwa perempuan harus berada di rumah dan tidak boleh keluar rumah tanpa walinya.
Oleh karena itu, penting untuk memanfaatkan teknologi untuk mengkampanyekan pemahaman agama atau kepercayaan yang progresif, yang mendorong perempuan dan laki-laki memiliki hak yang sama untuk terlibat aktif dalam kancah publik dan politik di luar rumah. Kita harus terus membuka pikiran, membuka hati dan membuka kemauan untuk mengubah nilai-nilai dari Egosistem (nilai-nilai pribadi) menjadi Ekosistem (nilai-nilai komunitas/kolektif).”)
Kamis, 16 Maret 2023
Dialog interaktif ‘Kembali ke jalur yang benar: Mencapai kesetaraan gender dalam konteks keadaan darurat yang tumpang tindih’.
Teknologi informasi dan komunikasi untuk inklusi gender.
Undangan Makan Siang oleh Deputi Wakil Tetap RI untuk PBB Bapak Hari Prabowo.
Kebijakan luar negeri feminis.
Beberapa catatan di Side Event, antara lain:
- Situasi emergensi yang mendapatkan perhatian diantaranya generated data, upaya perubahan yang sistemik, food security, perubahan iklim, layanan kesehatan universal, dan ekstremisme.
- Ilmuwan perempuan hanya sekitar 28% dan yang focus pada STEM hanya 20%
- Masih banyak orang yang tidak suka dengan kata feminisme.
- Intersectionality: We are all women but we were not the same
- Memberikan kesempatan pada pemuda/i untuk terlibat di PBB
Jumat, 17 Maret 2023
Pemimpin perempuan di media: membuat teknologi inovatif bermanfaat bagi perempuan dan anak perempuan. Pembahasan Agreed of Conclusion (AoC). AoC dirumuskan bersama-sama dalam kelompok-kelompok, antara lain kelompok Asia, Western, Africa, East Eropa, dan America Latin. Pada hari terakhir CSW67, pembahasan AoC berlangsung cukup alot bahkan sampai pukul 4 pagi. Dari 40 butir di zero draft menjadi 89 butir.
Hasil akhir dari Agreed of Conclusion, ada delapan (8) isu utama yang penting dilakukan oleh pemerintah, CSO, dan pemangku kepentingan lainnya, yaitu:
1) Mengutamakan pemerataan digital untuk menutup kesenjangan digital gender
2) Memanfaatkan pembiayaan untuk transformasi dan inovasi digital yang inklusif untuk mencapai kesetaraan gender dan pemberdayaan semua perempuan dan anak perempuan
3) Membina pendidikan digital dan IPTEK yang tanggap gender di era digital
4) Mempromosikan partisipasi, pekerjaan dan kepemimpinan yang penuh, setara, dan bermakna bagi perempuan dalam inovasi dan teknologi
5) Mengadopsi desain, pengembangan, dan penerapan teknologi yang responsif gender
6) Memperkuat keadilan, transparansi, dan akuntabilitas di era digital
7) Meningkatkan ilmu data untuk mencapai kesetaraan gender dan pemberdayaan semua perempuan dan anak perempuan
8) Mencegah dan menghapuskan segala bentuk kekerasan, termasuk kekerasan berbasis gender yang terjadi melalui atau diperkuat oleh penggunaan teknologi
Menjadi delegasi Indonesia pada perhelatan Commission on the Status of Women (CSW) adalah sebuah kehormatan, kebanggan, dan pengalaman yang sangat berharga. Melalui CSW, saya dan Komnas Perempuan serta seluruh tim delegasi Indonesia, berupaya untuk berkontribusi dalam mempromosikan hak-hak perempuan, mendokumentasikan realitas kehidupan perempuan di seluruh dunia, dan membentuk standar global tentang kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, demi menciptakan kehidupan perempuan yang lebih baik. Semoga.
Yogyakarta, 2 September 2023